PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN MAHASISWA TINGKAT AKHIR S1 KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut
akan pikirannya sendiri, tegang, gelisah, mudah terkejut, tidak tenang, gangguan konsentrasi dan daya ingat serta keluhan somantik seperti berdebar-debar. Penatalaksanaan non farmakologis mengurangi kecemasan terutama kecemasan menjelang ujian diantaranya senam otak. Gerakan-gerakan senam otakdapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experiment pre dan post control group design,. Populasi yang akan diteliti adalah mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, sampel yang diteliti 30 responden dengan teknik purposive sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner HRSA. Analisis data yang digunakan dependent t test dan independent t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap penurunan kecemasan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2012/2013, dengan nilai p-value sebesar 0,017 (α = 0,05).
Hendaknya mahasiswa memanfaatkan terapi senam otak untuk menurunkan kecemasan yang dialami
mahasiswa tingkat akhir.Kata Kunci : senam otak, kecemasan, mahasiswa tingkat akhir S1 keperawatanKepustakaan : 38 (2000-2011)
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT
Anxiety is a feeling of natural disturbances (affective) is marked by feelings of worry, fear of his own
mind, tense, restless, easily startled, not calm, concentration and memory disorders and complaints such as palpitations somantik. Non-pharmacological treatment of anxiety reducing anxiety before exams especially among brain gymnastics. Brain Gym movements to activate the neocortex and parasympathetic nerves to reduce elevated adrenal hormones in the body that can relieve psychological stress and physical tension. The purpose of this study was to determine the influence of brain exercises to decrease anxiety final year students of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran year 2012/2013.
This study uses a quantitative approach, the method used in this study is a quasi experiment pre and post
control group design. Population to be studied is the final year students of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran, sample of 30 respondents surveyed by purposive sampling technique. Data retrieval tool using questionnaires HRSA. Analysis of the data used dependent t test and independent t test.
The results showed that there was the influence of brain exercises to decrease anxiety final year students
of Nursing Stikes S1 Ngudi Waluyo Ungaran year 2012/2013, with a p-value of 0,017 (α = 0,05).
Students should take advantage of brain exercise therapy to reduce anxiety experienced by final year
: brain exercise, anxiety, a senior nursing S1
PENDAHULUAN
yang moderat atau sedang. Mahasiswa yang
memiliki taraf kecemasan yang tinggi akan
berhubungan dengan rendahnya nilai ujian yang
internal, samar-samar atau konfliktual (Ibrahim,
2007). Kecemasan atau ansietas merupakan
mahasiswa yang berlebihan dalam menghadapi
gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
belajar. Hal tersebut menyebabkan daya ingat,
mengalami gangguan dalam menilai realitas
daya konsentrasi, maupun daya kritis mahasiswa
(reality testing ability atau RTA masih baik).
dalam belajar menurun. Jika kecemasan itu
Kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur,
personality) perilaku dapat terganggu tetapi masih
kebugaran tubuh, bukan saja kemungkinan gagal
dalam batas-batas normal (Hawari, 2008).
kemungkinan mahasiswa mengalami gangguan
oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan
psikomatik seperti jantung berdebar dan problem
antara lain khawatir, takut akan pikirannya
dalam berinteraksi sosial seperti tidak mau
sendiri, tegang, gelisah, mudah terkejut, tidak
tenang, gangguan konsentrasi dan daya ingat serta
keluhan somantik seperti berdebar-debar. Selain
keluhan –keluhan cemas secara umum di atas ada
lagi kelompok cemas yang lebih berat yaitu
mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis
gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik,
gangguan phobik dan gangguan obsesif-kompulsif
mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan
pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut,
gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik
timbulnya kecemasan antara lain target kelulusan
yang cukup tinggi, iklim pembelajaran yang tidak
pencernaan, sering buang air, gangguan jantung,
kondusif, tugas-tugas akhir yang sangat padat,
sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.
serta penilaian yang ketat menjadi faktor
Menurut Irmayanti dan Warsito (2012), jika
penyebab timbulnya kecemasan. Mahasiswa yang
berhasil dalam menyelesaikan perkuliahannya
intensitas yang wajar maka akan berdampak
adalah mahasiswa yang memiliki taraf kecemasan
positif yaitu dapat memotivasi untuk lebih giat
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
belajar, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat
meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan
fisik. Sehingga jiwa dan tubuh menjadi relaks dan
seimbang. Gerakan senam otakdiatas apabila
dilakukan secara teratur dapat menurunkan
bersangkutan misalnya membuat mereka stress
kecemasan mahasiswa, mengatasi lupa karena
dan malas belajar. Melihat dampak-dampak yang
gugup dan menenangkan pada saat atau tes
kecemasan, maka perlu diberikan suatu usaha
menimbulkan ketegangan dalam diri, yang jika
kecemasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
suatu strategi khusus yang dapat membantu
mengurangi kecemasan tersebut. Penyembuhan
performansi terbaik. Lakukan gerakan senam otak
gangguan kecemasan dapat dilakukan dengan cara
berikut ini agar dapat menguasai situasi ujian
tanpa rasa gelisah, gerakan air, pernapasan perut,
Olahraga atau senam otak merupakan salah
gerakan silang, titik positif, kait relaks, tombol
satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri karena saat melakukan olahraga
atau senam otak dan susunan syaraf tulang
Berdasarkan data National Institute of Mental
belakang akan menghasilkan endorphin, hormon
Healt (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta
yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan
orang mengalami gangguan kecemasan pada usia
menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005). Senam
18 tahun sampai pada usia lanjut. Di Indonesia
otak atau senam otak adalah serangkaian latihan
jumlah remaja putri yang mengalami gangguan
berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu
dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan
Penelitian dari Widianti (2011), tentang
pengaruh senam otak terhadap kecemasan akibat
merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak
hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Rumah
(dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang
Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Berdasarkan hasil
terkait dengan perasaan atau emosional, yakni
analisis data ditemukan bahwa ada penurunan
otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi
signifikan pada skor kecemasan anak setelah
dilakukan senam otak pada kelompok intervensi
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p
menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan
(dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi
pemusatan) Mahasiswa yang terlibat dalam situasi
belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram,
Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran pada
terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian
tanggal 10 April 2013 dengan menggunakan
yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan.
lembar observasi sederhana berdasarkan teori
mengaktifkan sejumlah panca indera daripada
menempuh pendidikan kesarjanaan hingga tingkat
hanya diberikan secara abstrak saja. Otak manusia
juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan
mempunyai perilaku cemas berat, di mana 4
senam otak dipakai istilah dimensi lateralitas
mahasiswa (66,7%) upaya yang dilakukan untuk
untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi
pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang
mendengarkan musik dan 2 mahasiswa (33,3%)
otak atau brainstem) dan bagian depan otak
merasa pasrah tidak melakukan apa-apa dengan
(frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk
alasan nilai yang diperoleh biasanya tidak
sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral
memuaskan. Diperoleh pula 4 mahasiswa (40,0%)
cortex) (Purwanto, et., al, 2009).
menunjukkan cemas ringan, di mana 2 mahasiswa
(50,0%) upaya yang dilakukan untuk mengatasi
menurunkan gangguan kecemasan dengan cara
kecemasan dengan belajar dan mendengarkan
musik dan 2 mahasiswa (50,0%) merasa pasrah
menggunakan gerakan minum air, gerakan silang,
tidak melakukan apa-apa dengan alasan nilai yang
8 tidur, tombol bumi, tombol angkasa, kait relaks,
dan titik positif. Gerakan-gerakan senam otak
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas
parasimpatik untuk mengurangi peningkatan
mahasiswa mengalami cemas berat. Upaya yang
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
kecemasan tersebut dengan belajar, berdiskusi
terapi senam otak untuk menurunkan kecemasan
dengan teman, mendengarkan musik, berbincang
dengan teman serta pasrah tidak melakukan apa-
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
apa karena sudah terbiasa mendapatkan nilai
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,
jelek. Upaya yang dilakukan selama ini belum
“Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan
Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1
menurunkan kecemasan. Mahasiswa tingkat akhir
S1 keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
tahun 2012/2013 juga belum pernah mendapatkan
KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Keterangan :
Sumber : Suliswati (2005), (Isaacs, 2005), (Potter & Perry, 2005), Yanuarita (2012).
Kerangka Konsep Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Hipotesis
kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
sederhana untuk menurunkan kecemasan dengan mengunakan gerakan air, pernapasan perut, gerakan silang, titik positif, kait relaks, tombol imbang, lambaian kaki dan coretan ganda yang dilakukan 10-15 menit, sebanyak 1 kali dalam sehari
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian
kuantitatif dengan cara quasi experiment control group design, metode penelitian yang digunakan
kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing
eksperimen semu. Jenis desain dalam penelitian
sebanyak 15 orang. Jumlah sampel digunakan
ini berbentuk non equivalent pre tes dan post tes
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Populasi
Peneliti mempunyai pertimbangan dalam memilih
sampel yaitu berdasarkan kriteria-kriteria inklusi
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran sebanyak 65 Mahasiswa
Mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Ngudi Waluyo Ungara; 2) Mahasiswa yang belum
pernah melakukan senam otak; 3) Mahasiswa
masih potensial atau masih mampu melakukan
aktivitas sehari-hari. 4) Mahasiswa yang dapat
berkomunikasi dengan baik. 5) Mahasiswa yang
Mahasiswa dan siswi yang menjalani terapi
meditasi, relaksasi imajinasi, relaksasi progresif
pada bulan ini; 3) Mahasiswa atau siswi yang
Analisis data
kecemasan setelah diberikan senam otak pada
Analisis univariat menggambarkan masing-
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
masing variabel dengan menggunakan distribusi
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
sebagian besar dalam kategori cemas ringan yaitu
Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi
perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan
kelompok digunakan Uji t test-independent, di
mana kriteria pengujian yang digunakan jika t-
hitung > t-tabel pada derajat kebebasan n-2 da n
taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan
setara (tidak berbeda secara signifikan).
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi
kecemasan sebelum penelitian pada mahasiswa
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran kelompok kontrol sebagian
besar dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak
kecemasan sebelum diberikan senam otak pada
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
sebagian besar dalam kategori cemas berat yaitu
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Berdasarkan Tabel 7 di atas, diketahui bahwa
kecemasan setelah penelitian pada mahasiswa
rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo
Waluyo Ungaran kelompok kontrolsebagian besar
Ungaran sebelum diberikan senam otak sebesar
dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7
26,67 (cemas sedang), rata-rata tingkat kecemasan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan di
Analisis Bivariat
diberikan senam otak sebesar 22,67 (cemas
sedang). Ini berarti telah terjadi penurunan
penelitian ini digunakan untuk mengetahui
Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai
t hitung (8,198) > t tabel (2,101) dengan p-value
(0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan
tahun 2012/2013. Sebelum dilakukan pengujian
sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada
hipotesis maka harus diuji terlebih dahulu
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi.
Tabel 6. Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Kontrol
Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo
menunjukkan bahwa tidak ada beda tekanan darah
pada penderita hipertensi kelompok kontrol dan
intervensi sebelum diberikan senam otak dengan p Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa rata-
Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
rata tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir
Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi
Ungaran sebelum penelitian sebesar 28,93 (cemas
berat), rata-rata tingkat kecemasan mahasiswa
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan senam
tingkat akhir S1 Keperawatan di STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran setelah penelitian sebesar 28,47
(cemas berat). Ini berarti terjadi penurunan
kelompok intervensi, maka menggunakan uji
kecemasan tidak signifikan sesudah penelitian.
paired t test. Hasil uji pairedt test dengan
Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai
t hitung (1,825) < t tabel (2,101) dengan p-value
(0,089) > (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan penurunan kecemasan
sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
Pengaruh senam otak terhadap penurunan Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Uji t test-independent digunakan untuk
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
penurunan kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1
Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, di
kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang
mana dalam pengujian ini akan dibandingkandata
(46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu
yang berasal dari dua kelompok data yang tidak
sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam kategori
cemas ringan yaitu sebanyak 2 orang (13,3%). Hal
tersebut menunjukkan tingkat kecemasan sebelum
diberikan senam otak pada mahasiswa tingkat
akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran kelompok kontrol sebagian besar dalam
Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang
tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas individu merasa tidak nyaman takut
dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka
padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang
mengancam tersebut terjadi. Kecemasan berat
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa rata-rata
adalah cemas ini sangat mengurangi persepsi
tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir
individu, cenderung untuk memusatkan pada
S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
sesuatu yang terinci dan spesifik, dan tidak dapat
yang tidak diberikan senam otak sebesar 28,47
berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku
(cemas berat), sedangkan rata-rata tingkat
kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1
individu memerlukan banyak pengesahan untuk
Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang
dapat memusatkan pada suatu area lain ditandai
diberikan senam otak sebesar 22,67 (cemas
dengan sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk,
sedang). Ini berarti telah terjadi penurunan
takut, bingung, menarik diri, sangat cemas, kontak
kecemasan pada kelompok yang diberikan senam
mata buruk, berkeringat, bicara cepat, rahang
menegang, menggertakkan gigi, mondar mandir
Berdasarkan ujiindependen t-test terlihat
bahwa t hitung (2,545) > t tabel (1,688)
kecemasan sebelum diberikan senam otak pada
sedangkan nilai p-value (0,017) < α (0,05). Hal
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh senam
otak terhadap penurunan kecemasan mahasiswa
sebagian besar dalam kategori cemas berat
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
Faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan
pada diri siswa. Menurut Endler dan Hunt (dalam
Analisis Univariat
Novliadi, 2009) mengatakan bahwa salah satu
sebab kecemasan pada siswa adalah pada saat
Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi
Agustina, 2007) kecemasan dianggap sebagai
salah satu faktor penghambat dalam belajar yang
dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif
kecemasan sebelum diberikan senam otak pada
mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik
dalam kategori cemas berat yaitu sebanyak 7
orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang
pencernaan, sering buang air, sakit kepala,
yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam
gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran
kategori cemas ringan yaitu sebanyak 2 orang
(13,3%). Hal tersebut menunjukkan tingkat
kecemasan sebelum diberikan senam otak pada
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Diberikan Senam Otak pada Kelompok Intervensi
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
sebagian besar dalam kategori cemas berat.
kecemasan sebelum penelitian pada mahasiswa
kecemasan setelah diberikan senam otak pada
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada
dalam kategori cemas ringan yaitu sebanyak 7
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
orang (46,7%), dalam kategori cemas sedang
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi.
yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan dalam
Hal ini sesuai dengan pendapat Sieber (dalam
kategori cemas berat yaitu sebanyak 2 orang
(13,3%). Hal tersebut menunjukkan tingkat
kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor
kecemasan setelah diberikan senam otak pada
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi
sebagian besar dalam kategori cemas ringan
mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan
masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala
pendidikan yang dicapai seseorang semakin besar
kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik
keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan. Pendapat tersebut senada dengan
pencernaan, sering buang air, sakit kepala,
pendapat Notoatmodjo (2000), bahwa pendidikan
gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran
seseorang berperan dalam membentuk sikap dan
bahkan pingsan. Dengan hal tersebut maka
perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan
diperlukan suatu solusi untuk menanganinya. Ada
berbagai cara yang dapat dilakukan oleh anak-
membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap
anak dalam mengatasi tekanan dalam menghadapi
pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan
suasana ujian, salah satu caranya yaitu dengan
seseorang yang meningkat mengajarkan individu
menggunakan tehnik latihan gerak senam otak
mengambil sikap keputusan yang terbaik untuk
Perbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan
kecemasan setelah penelitian pada mahasiswa
Sesudah Penelitian pada Mahasiswa Tingkat
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo
kategori cemas berat yaitu sebanyak 7 orang
(46,7%), dalam kategori cemas sedang yaitu
sebanyak 5 orang (33,3%) dan dalam kategori
tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1
cemas berat yaitu sebanyak 3 orang (20,0%). Hal
Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
tersebut menunjukkan tingkat kecemasan setelah
sebelum penelitian sebesar 28,93 ,rata-rata tingkat
penelitian pada mahasiswa tingkat akhir S1
Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori
setelah penelitian sebesar 28,47. Ini berarti terjadi
penurunan kecemasan sesudah penelitian akan
Analisis Bivariat
Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai
t hitung (1,825) < t tabel (2,145) dengan p-valuePerbedaan Penurunan Kecemasan Sebelum dan
(0,089) > (0,05), maka dapat disimpulkan
Sesudah Diberikan Senam Otak pada Mahasiswa
bahwa tidak ada perbedaan penurunan kecemasan
Tingkat Akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa
Waluyo Ungaran Kelompok Intervensi
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
tingkat kecemasan mahasiswa tingkat akhir S1
Pengaruh senam otak terhadap penurunan
Keperawatan di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
sebelum diberikan senam otak sebesar 26,67 rata-
Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
rata tingkat ,kecemasan mahasiswa tingkat akhir
Ungaran setelah diberikan senam otak sebesar
22,67. Ini berarti telah terjadi penurunan
tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir
S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Berdasarkan uji paired t test didapatkan nilai
yang tidak diberikan senam otak sebesar 28,47
t hitung (8,198) > t tabel (2,145) dengan p-value
,sedangkan rata-rata tingkat kecemasan pada
(0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran yang diberikan senam
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
otak sebesar 22,67. Ini berarti telah terjadi
mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik
untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin
dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan
Berdasarkan ujiindependen t-test terlihat
psikis maupun ketegangan fisik. Sehingga jiwa
bahwa t hitung (2,545) > t tabel (2.045)sedangkan
dan tubuh menjadi relaks dan seimbang. Gerakan
nilai p-value (0,017) < α (0,05). Hal tersebut
senam otakdi atas apabila dilakukan secara
menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak
teratur dapat menurunkan kecemasan Mahasiswa,
terhadap penurunan kecemasan mahasiswa tingkat
mengatasi lupa karena gugup dan menenangkan
akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo
pada saat atau tes (Dennison & Gail, 2002).
Keterbatasan Penelitian
menyenangkan yang ditandai dengan ketakutan.
Perasaan takut itu timbul karena adanya ancaman
Keterbatasan penelitian ini antara lain banyak
atau gangguan terhadap sesuatu objek yang masih
abstrak dan juga takut yang bersifat subjektif yang
diantaranya factor distraksi. Distraksi merupakan
ditandai adanya perasaan tegang, khawatir dan
metode untuk menghilangkan kecemasan dengan
sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa
cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain.
perasaan senang dan bahagia berhubungan dengan
Sebagian mahasiswa yang mengalami kecemasan
keberhasilan, sedangkan perasaan sedih kecewa,
melakukan pengalihan perhatian misalnya dengan
berolah raga, berbelanja, main game, sehingga
mahasiswa kelompok intervensi dikarenakan
suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-
ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang
aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Gangguan ini ditandai oleh adanya gejala
Kesimpulan
ketegangan motorik, hiperaktivitas sistem saraf
sebelum dan sesudah diberikan senam otak pada
Ketegangan motorik bermanisfetasi sebagai sakit
mahasiswa tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes
kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas
Ngudi Waluyo Ungaran kelompok intervensi,
sistem saraf otonom berupa jantung berdebar-
dengan nilai t hitung (8,198) > t tabel (2,101) dan
debar, nafas pendek, berkeringat banyak dan
berbagai gejala sistem pencernaan. Meningkatnya
kewaspadaan ditandai dengan adanya perasaan
sebelum dan sesudah penelitian pada mahasiswa
mudah marah dan mudah terkejut, serta tidak
tingkat akhir S1 Keperawatan Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran kelompok kontrol, dengan nilai t
hitung (1,825) < t tabel (2,101) dengan p-value
menyebabkan korteks cerebri (bagian berpikir dari
otak) mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus
Ada pengaruh senam otak terhadap penurunan
yang menstimulasi sistem saraf simpatis (bagian
Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran,
menghasilkan energi). Sistem saraf simpatik
dengan nilai t hitung (2,545) > t tabel (1,688) dan
menghasilkan energi dengan cara meningkatkan
nilai p-value (0,017) < α (0,05).
hormon adrenalin (epinefrin dan norepinefrin).
Sehingga mengakibatkan ketegangan motorik,
meningkatnya kewaspadaan. Ketegangan motorik
Bagi Perawat, Hasil penelitian ini dapat
bermanifestasi sebagai sakit kepala, gemetar dan
dipakai oleh tenaga keperawatan maupun tenaga
gelisah. Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom
kesehatan lainnya dalam usaha menurunkan
berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek,
berkeringat banyak dan berbagai gejala sistem
Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Ngudi Waluyo Ungaran, hasil penelitian ini
kembali hubungan-hubungan saraf antara tubuh
pertimbangan atau alternatif untuk memanfaatkan
dan otak sehingga memudahkan aliran energi
senam otak dalam usaha menurunkan kecemasan
elektromagnetis ke seluruh tubuhsehingga dapat
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Isaacs. 2005. Keperawatan kesehatan jiwa &
bermanfaat menurunkan kecemasan yang dialami
Kaplan. 2007. Kaplan’s Clinical Hypertension.
Bagi Peneliti, penelitian ini dapat enambah
Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins.
wawasan dan pengalaman penulis khususnya dalam hal penelitian mengenai pengaruh senam
Kartono. 2002. Patologi Sosial 3 : Gangguan-
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Supradjiman .2006.Brain Gym (Dalam
Http/word press.com) diakses pada tanggal 1
Agustina. 2007. Hubungan Antara Persepsi Siswa
Terhadap Pola Interaksi Guru-Murid Dengan Kecemasan
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surakarta: fakultas psikologi Universitas
Nevid. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta :
As’ad Efiaty .Dkk.Buku Ajar Ilmu Kesehataan
Kepala,leher Edisi ke enam ,Balai Penerbit
Mahasiswa .Skripsi.Sumatra Utara :Fakultas
Az Zahrani. 2005. Konseling terapi. Jakarta :
Penelitian Kesehataan. Jakarta: PT Rinzka Cipta
Daradjat 2004. Kesehatan Mental. Jakarta:
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Dennison dan Gail. 2002. Buku Panduan Lengkap
Purwanto. et. al. 2009. Manfaat Senam Otak
Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Harry, W. 2005. Hubungan Kemampuan Aerobik
dan Kondisi Psikologis pada Pelajar Laki –
Purwandari. 2009. Pengaruh Terapi Seni Dalam
Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Hawari. 2008. Manajemen Stress. Cemas dan
Putri. 2007. Gangguan Kecemasan”. (Online).
Hawari.D.,2001.Manajemen Stress ,Cemas,Dan
Deprisi.Fakultas kedokteraan UI : Jakarta.
Ramaimah. 2003. Kecemasan. Jakarta : Pustaka
Santrock. 2001. Adolescence perkembangan
Ibrahim. 2007. Ilmu dan. Aplikasi Pendidikan.
Sieber. 2008. Partner in Learning : from Conflict
Idrus, F. 2006. Anxietas dan Hipertensi. Diunduh
Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
http://med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2013
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.
Irmayanti & Warsito 2012 .Penerapan Strategi
Turmudhi. 2004. Kecemasan Menghadapi Ujian
(http//www.google.id/search?hl=id&q=kece
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Wijayanti. 2006. Pengaruh senam otak terhadap
penurunan tingkat stres anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negri Nginden Jangkungan I
Widianti 2011. Pengaruh senam otak terhadap
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Panti Rapih
Videback,SL. 2008.Buku Ajar Keperawataan Jiwa
Winarsunu ,Tulus 2004 .Mempersiapkan Siswa
Yanuarita. 2012. Memaksimalkan otak melalui
(Online).(Http://Psikologi ,umm,ac,id/News/Cemas Uan .Htm.Diakses 25 Maret 2009)
Pengaruh Senam Otak terhadap Penurunan Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
“YOU HAVE A TOUCH OF SUGAR.” Not an unusual comment to hear from a physician. Especially if you are over fifty and starting to have trouble seeing your toes. Most people don’t pay much attention. Why should they? They feel fine. And after all, a “touch” isn’t diabetes. They may think about cutting back on eating sweets for a few days, and then they’ll forget about that “touch of su
Special Article ATYPICAL ANTIPSYCHOTICS IN THE TREATMENT OF DELIRIUM Psychiatric Sector, Psychiatric Department, HIPPOCRATIO General Hospital, Thessaloniki, Greece Atypical antipsychotic agents have been recently used in the clinical practice for the treatment of delirium and the existing data have been shown atypicals to be effective and safe. Conversely, information regarding the eff